­

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama. Dan karena tema pertama adalah "sekitar rumahmu...

Dua Mata Angin Posisi Rumahku

By 10.59 , , ,

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama. Dan karena tema pertama adalah "sekitar rumahmu", maka aku akan bercerita mengenai posisi rumahku dengan dua mata angin- utara dan selatan

Rumahku adalah sebuah rumah di antara beberapa rumah lain yang berjajar di sepanjang gang belakang pasar sapi. Pasar sapi ini terletak tepat di depan rumahku yang menghadap ke utara. Setiap hari Rabu dan Sabtu pasti akan terdengar suara sapi dan kambing bersahutan dengan para penjual obat dan kaset. Yah, pasar sapi yang hanya ada setiap hari Rabu dan Sabtu ini ternyata memang tidak sekedar menyajikan jejualan sapi dan kambing. Kini banyak warga desaku bahkan warga luar desa yang juga mencoba peruntungan dengan berdagang segala rupa di pasar sapi ini. Mereka berjualan pakaian, topi, mainan, benda tajam, sandal, sepatu, obat oles, radio kotak, kaset, CD, jasa potong rambut, sepeda motor, sepeda pancal, sparepart sepeda, aksesoris sepeda dan masih banyak lagi. 

Pasar Sapi pas lagi sepi

Pasar sapi di depan rumah adalah berupa lahan seluas kurang lebih 100m2 yang di dalamnya berlajur-lajur tiang pancang yang bersambungan antara satu dan yang lain oleh pipa-pipa stainless yang biasa digunakan untuk mengaitkan tali sapi dan kambing. Pasar sapi ini terletak di separuh bagian belakang dari keseluruhan pasar. Bagian depan pasar inilah yang justru ramai dengan para penjual dan pembeli yang sebelumnya aku sebutkan. Mungkin karena hanya ada di hari Rabu dan Sabtu sehingga setiap kali pasar ini selalu ramai dan tak pernah sepi. Aku saja meski terbilang cukup dekat dengan pasar, enggan untuk bermain ke pasar karena sangking ramainya.

Pernah juga kudengar di sela pasar yang ramai ini sering terjadi tindak pencopetan. Dan karena sangking ramainya pasar sehingga kejadian ini tidak mudah terungkap. Kakekku sendiri pernah menjadi korban pencopetan ini saat beliau selesai membeli radio baru di pasar. Beruntung saat itu uang beliau sudah digunakan untuk membeli radio sehingga hanya tinggal beberapa lembar ribuan dan limaratusan. 

Pasar di depan rumah ini biasanya sudah memulai aktifitasnya sejak usai subuh. Para pengumpul rumput telah menjajar rumput gajah untuk makanan sapi di ujung-ujung tiang pancang. Para penjual nasi rawon, lodeh, rujak, tahu campur, pisang goreng, es campur, juga kopi sudah mulai menata barang dagangan masing-masing di warungnya. Suasana pagi di pasar sapi selalu saja harum bau masakan dari warung-warung di bagian tengah pasar tersebut. 

Jelang siang, mulai berdatangan pickup pengangkut sapi dan kambing. Tidak hanya dengan pickup saja, penjual juga membawa sapi dan kambingnya di boncengan sepeda motor ataupun sepeda pancal mereka. Tidak lama kemudian pasar sudah begitu ramai dengan hiruk-pikuk penjual yang saling menawar. Ramainya pasar semakin lengkap dengan adanya penjual obat yang menjual berbagai jenis obat sambil berceramah melalui microfon sehingga terdengar hingga setiap sudut pasar. Selain itu juga ada penjual kaset dan CD yang memutar lagu-lagu dengan volume tingkat 'dewa'. Alhasil semua suara tadi saling beradu meramaikan suasana.

Warung-warung juga mulai ramai dengan para pembeli yang seringkali merupakan pelanggan tetap pasar yang hanya beroperasi setiap Rabu dan Sabtu ini. hampir tidak ada warung yang sepi pembeli, sepertinya semua sudah memiliki pelanggan masing-masing. Semua memang sudah ada rejekinya :).

Di saat yang sama, harum semerbak lelehan di ujung-ujung bagian bawah sapi dan kambing juga turut memeriahkan suasana pasar. Herannya, para pedagang dan pembeli seperti tidak sama sekali terganggu dengan hal itu. Mereka semakin asik ngobrol dan menawarkan dagangannya satu sama lain. 

Semakin siang biasanya semakin banyak pembeli yang datang, terlebih biasanya di hari Sabtu banyak anak-anak sekolah yang pulang lebih pagi. Saya sendiri waktu masih SD adalah yang termasuk penyuka 'market walking', yah 11-12 lah dengan 'blog walking' (iki opo tho yo?). Dan akhirnya tepat usai dhuhur, sekitar pukul satu siang para pedagang mulai mengemasi sisa barang dagangan masing-masing. Tinggallah sisa sampah yang berserakan yang kemudian menjadi tanggungan tukang sapu pasar esok hari.

Kondisi pasar yang demikian bertolak belakang dengan bagian belakang rumahku yang penuh kedamaian. Bagian belakang rumah adalah sawah padi. Kata orang-orang sih, rumahku mewah. Itu benar. Rumahku memang mewah, alias mepet sawah :)

Sawah di belakang atau bagian selatan rumah memang cukup luas. Aku sering mengabadikannya dalam sebuah foto karena pemandangannya begitu bagus. Background sawah adalah kawasan pegunungan semeru yang membatasi kami dengan gunung bromo yang terkenal itu.
Sawah Selatan Rumahku

Setiap pagi, aku selalu terkesima dengan pemandangan ini. Kadang ada kabut tipis yang menyelimuti pucuk-pucuk padi yang memenuhi isi sawah yang hijau. Aku juga sering jalan-jalan pagi sambil bersantai di rumah-rumahan sawah yang dekat dengan sungai kecil nan jernih. Sungai ini mengalir di tengah-tengah sawah dan turut mengairi sawah.

Subhanalloh, tetapi tahukah?, sawah indah tadi menjadi suram jika mendung menyelimuti langit bagian selatan rumahku. Sawah hijau menjadi kelabu diiringi semilir angin dingin penanda turunnya hujan. Terlebih saat guntur bersahutan, sawah menjadi demikian mencekam.

Tetapi demikianlah adanya, segala yang terjadi di dua mata angin yaitu posisi utara dan selatan rumahku selalu menjadi keindahan tersendiri untukku menjalani hari. Alhamdulillah yaa Alloh atas semua yang Engkau beri padaku dan keluargaku, utamanya rumah yang begitu strategis dan nyaman untuk ditempati.
  
*foto doc.pribadi

You Might Also Like

2 komentar

  1. Dari daerah Jatim ya mbak.. Lumajang atau Probolinggo kah kok deket ama Semeru dan Bromo?

    Pasar Sapi dulu merupakan kesenangan saya pas SD, soale bisa liat trik-trik sulap penjual obat dengan gratis hihihi

    salam kenal mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasuruan saya :)
      dekat perbatasan probolinggo.
      hihi..trnyata gak saya tok ya yg suka ke pasar pas SD :D

      Hapus