Warna-Warni Acara di TV
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat, yang bertemakan tentang "warna". Dan untuk kesempatan diminggu keempat ini, saya ingin bahas tentang warna-warni acara di tv.
(sumber gambar) |
Yah, semenjak saya pulang kampung akhir tahun kemarin, saya memang sering banget nonton tv (seneng banget lihat leptop si unyil nih saya.hehe). Padahal semenjak MTs sampai kuliah dulu, bahkan sampai sudah bersuami dan tinggal di Jogja, saya paling males lihat tv. Alasannya, duh di tv itu banyak madharatnya daripada manfaatnya. Bayangkan saja, tayangan berita yang notabene harusnya bermanfaat bagi pemirsa tv, akhir-akhir ini cenderung menayangkan informasi yang begitu miris. Misalnya pe*ko**an anak dibawah umur oleh orang dari k*luar*a sendiri, penggunaan bahan-bahan tidak seharusnya pada makanan, konsumsi nar*otika publik figure, pem*unuhan, dan seterusnya. Saya sadar hal ini memang menjadi pelajaran bagi kita agar lebih waspada. Namun, yang dikhawatirkan adalah jika hal ini ditayangkan berkali-kali lantas menjadi suatu hal yang biasa (naudzubillahimindzalik).
Saya pernah membaca, jika sesuatu hal diberikan ataupun dilakukan berkali-kali, secara terus-menerus, maka hal itu akan menjadi biasa. Dan sesuatu yang ditayangkan di televisi kebanyakan bersifat pursuatif yaitu mempengaruhi pemirsanya. Jika kita mungkin akan belajar untuk lebih waspada terhadap segala bentuk kejahatan setelah menonton berita di tv, maka sangat mungkin pula segelintir orang akan terinspirasi.
Jika saya melihat tv maka saya pun akhirnya berfikir bahwa tayangan tv ini akan ditonton oleh jutaan manusia di Indonesia dari orang yang pintar maupun kurang pintar, orang cantik maupun kurang cantik, orang kaya maupun kurang kaya dan seterusnya, maka apa yang kemudian terjadi? Segala hal dapat mungkin terjadi setelah seseorang menonton televisi. Jika baik maka Alhamdulillah, jika buruk maka bencana, bukan? Maka tentu sebagai orang dewasa kita harus mendampingi junior-junior kita dalam melihat acara di tv, agar paling tidak hal-hal negatif akibat dari menonton tv dapat diminimalisir.
Jika kita sudah susah payah mendampingi junior kita, maka hal itu sudah sangat baik. Namun, alangkah baiknya jika pihak penyiar alias masing-masing stasiun tv di sana lebih aware terhadap tayangan-tayangannya., dan tentu harusnya pula pemerintah disini turut andil dengan badan sensornya.
Terkadang jika saya korelasikan tayangan di tv dengan kejahatan yang banyak terjadi akhir-akhir ini, maka keduanya seperti dua muka uang logam yang tak terpisahkan. Sekarang coba dipikir banyaknya penja**han, penc*rian, pem*unuhan bisa saja terjadi akibat ketimpangan sosial di masyarakat. Orang-orang dengan perbedaan perekonomian yang cukup jauh sedangkan tayangan di tv hampir selalu menayangkan sajian kemewahan masa kini, modernitas, yang gak pake gak gaul, dst. Padahal apa yang ditayangkan di tv akan serta merta sangat mudah untuk mempengaruhi otak kita menirunya. Jika butuh bukti, maka coba lihat, mengapa iklan di tv ditayangkan berulang-ulang, tentu agar pemirsa akhirnya mengingat iklan tersebut, tertarik lantas membeli produknya. Hal tersebut wajar untuk iklan, karena memang sifatnya sebagai lahan promosi produk. Namun bagaimana dengan tayangan semacam sinetron, infotainment, berita dst.
Gemas sekali rasanya melihat gaya anak remaja, ibu-ibu rumah tangga jet set saat ini. Seakan budaya ketimuran sudah hilang dari kehidupan orang Indonesia ini. Style dengan segala sesuatu yang "minim", semua serba terbuka, emansipasi. Kadang, apa tidak pernah terfikir bahwa dengan menampilkan "aurat", misalnya saja kita lepas dari peraturan agama, secara naluri pun sebenarnya (jika masih mau mendengarkan naluri tentunya), pasti akan malu saat melihat apalagi mempertontonkan "aurat". Lantas jika sudah menutup diri dari nurani, pastilah buruk akibatnya. Sudah banyak bukti, seperti pelecehan, per*os*an, dst. We are human. Masing-masing kita dilengkapi dengan akal dan nafsu. Dan seharusnya kitapun tahu cara terbaik mencegah terjadinya sesuatu adala dengan menghindarinya, bukan dengan menantangnya.
Ahh, akan tetapi memang karena tv saya ini tv berwarna, maka acara tv memang penuh warna (apaan sih, gak nyambung deh). Maksud saya ada juga acara tv yang bermanfaat untuk edukasi, ini biasanya disebut dengan edutaintment, misalnya leptop si unyil(lho kug promosi?, enggak kug cuma untuk contoh saja). Yah semuanya pada akhirnya kembali pada diri kita masing-masing deh! Chayoo, pilih acara yang berkualitas buat kehidupan kita yang sebentar ini yuk. Rugi lho. Rugi..
2 komentar
mbak, sama dong kaya isha.. gak suka nonton tv ;p
BalasHapusemang tv lebih banyak madharatnya, meskipun ada manfaatnya..
yuk di pilih di pilih di pilih *berasa tukang kaos. eh maksudnya di pilih acara tv nya ..
hehe.. iyah mbak isha ^^
BalasHapusmesti pilih2. kadang pas ada sponsor acara tv bagus buru2 dicatet biar ga lupa.krna ga tiap saat mantengin acara tv gt.